Berikut beberapa pilihan judul yang unik dan memiliki panjang 8 kata: Investasi Indonesia: Terus Bertumbuh di Tengah Badai Global? Ekonomi Bergejolak, Investasi Indonesia Tetap Jadi Primadona? Proyeksi Investasi Indonesia: Optimisme di Tengah Ketidakpastian Global. Gejolak Global Tak Goyahkan Investasi Indonesia, Begini Proyeksinya!

Beritajitu.net Semoga keberkahan menyertai setiap langkahmu. Dalam Blog Ini aku mau menjelaskan apa itu Business, News, Indonesia, Dunia secara mendalam. Konten Yang Membahas Business, News, Indonesia, Dunia Berikut beberapa pilihan judul yang unik dan memiliki panjang 8 kata Investasi Indonesia Terus Bertumbuh di Tengah Badai Global Ekonomi Bergejolak Investasi Indonesia Tetap Jadi Primadona Proyeksi Investasi Indonesia Optimisme di Tengah Ketidakpastian Global Gejolak Global Tak Goyahkan Investasi Indonesia Begini Proyeksinya Jangan diskip ikuti terus sampai akhir pembahasan.

Pada Triwulan II 2025, realisasi investasi di Indonesia mencapai Rp477,7 triliun, menurut data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 2,7% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan Rp465,2 triliun. Capaian ini memberikan sinyal positif di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Menurut Research Director Prasasti Center for Policy Studies, Gundy Cahyadi, data ini mencerminkan ketahanan ekonomi nasional yang semakin solid. Di tengah dinamika global yang menantang, fakta bahwa Indonesia mampu mempertahankan arus investasi ini mencerminkan keyakinan investor terhadap prospek jangka panjang ekonomi kita, ujarnya pada Minggu, 3 Agustus 2025.

Meskipun demikian, Gundy juga menekankan pentingnya mewaspadai tantangan struktural. Tantangan struktural masih perlu diwaspadai. Ini adalah peringatan serius bagi agenda pembangunan kita, tambahnya.

Secara sektoral, industri logam dasar menjadi penyumbang investasi terbesar dengan nilai Rp67,1 triliun (14,1% dari total), didorong oleh kebijakan hilirisasi mineral. Sektor pertambangan juga mengalami peningkatan signifikan dengan total Rp53,6 triliun, didorong oleh permintaan global terhadap nikel dan mineral strategis lainnya.

Menariknya, sektor perdagangan dan reparasi untuk pertama kalinya masuk dalam lima besar penerima investasi dengan capaian Rp40 triliun. Sementara itu, sektor transportasi, pergudangan, dan telekomunikasi tercatat turun menjadi Rp44,2 triliun.

Dari sisi ketenagakerjaan, investasi pada triwulan ini menciptakan 665.764 lapangan kerja baru, naik 12% dibandingkan Triwulan I. Hampir separuh dari lapangan kerja baru ini tercipta di luar Pulau Jawa, mencerminkan kemajuan dalam agenda pemerataan pembangunan.

Gundy menambahkan bahwa hilirisasi tetap menjadi magnet utama investasi, namun munculnya sektor-sektor baru seperti perdagangan menunjukkan dinamika positif di lapangan. Dia juga menyoroti pentingnya memperhatikan risiko jangka menengah, seperti otomatisasi yang berpotensi menggantikan sekitar 30% pekerjaan di sektor manufaktur dan pertanian dalam 10-20 tahun ke depan.

Gundy menjelaskan bahwa Indonesia tidak kekurangan modal, tetapi perlu memastikan investasi mengalir ke sektor-sektor yang mampu menciptakan pertumbuhan berkualitas dan lapangan kerja yang tangguh serta inklusif. Yang dibutuhkan sekarang adalah kombinasi kebijakan yang tepat—penguatan SDM, kepastian hukum bagi investor, dan pemerataan pembangunan antarwilayah. Fondasinya sudah ada. Tinggal bagaimana kita membangunnya dengan benar, katanya.

Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa ini merupakan penurunan tahunan pertama sejak Triwulan III 2021, yang mencerminkan meningkatnya kehati-hatian investor global akibat ketidakpastian eksternal. Investor tengah bersikap lebih hati-hati dalam jangka pendek, namun mereka tetap melihat Indonesia sebagai destinasi strategis karena fundamental ekonomi dan arah kebijakan struktural yang menarik.

Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia hingga Maret 2024 mencapai level 54,2 poin, menunjukkan momentum investasi yang tetap terjaga. Proyeksi Penanaman Modal Asing (PMA) tahun ini masih mengarah pada angka Rp900 triliun, lebih dari dua kali lipat rata-rata tahunan pra-pandemi.