Liberica Kalimantan Barat: Aroma Kopi di Tengah Dominasi Sawit.
:strip_icc():format(webp):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,573,20,0)/kly-media-production/medias/5229508/original/081281600_1747946770-WhatsApp_Image_2025-05-23_at_03.23.31.jpeg)
Beritajitu.net Dengan nama Allah semoga semua berjalan lancar. Detik Ini mari kita telaah berbagai sudut pandang tentang Food, News, Indonesia. Konten Yang Mendalami Food, News, Indonesia Liberica Kalimantan Barat Aroma Kopi di Tengah Dominasi Sawit jangan sampai terlewat.
- 1.1. infografis
Table of Contents
Dalam ajang World of Coffee (WOC) 2025 di Jakarta, Gusti Iwan Darmawan, seorang petani kopi dari Kalimantan, mengungkapkan tantangan yang dihadapi petani kopi dalam bersaing dengan industri kelapa sawit yang permintaannya sangat tinggi. Menurutnya, ekspansi perkebunan sawit di Kalimantan sangat masif.
Gusti, yang memproduksi kopi dengan merek Kojal Coffee, menjelaskan bahwa kopi Liberica menjadi komoditas unggulan di Kalimantan Barat karena kondisi geografisnya yang didominasi dataran rendah. Kopi ditanam di ketinggian yang relatif rendah, sekitar 5-7 meter di atas permukaan laut. Ia menyampaikan hal ini kepada Tim Lifestyle Liputan6.com pada Kamis, 15 Mei 2025, selama pameran WOC.
Kojal Coffee berasal dari Kayong Utara, Kalimantan Barat. Gusti menambahkan bahwa kopi Liberica juga ditemukan di Sabah Malaysia dan Filipina. Di Indonesia, kopi Liberica baru terdeteksi di Sumatra pada tahun 2017, padahal Kalimantan Barat telah menjadi penghasil kopi ini selama puluhan tahun.
Meskipun Pemerintah Daerah setempat telah memberikan perhatian pada perkebunan kopi, Gusti menilai bahwa dukungan tersebut belum intensif. Ia membandingkan keuntungan antara sawit dan kopi, di mana harga jual buah sawit hanya Rp2.500 per kg, sedangkan buah kopi mencapai Rp8.000. Namun, masyarakat lebih memilih menanam sawit karena permintaan yang tinggi.
“Lahan kopi semakin berkurang karena banyak digunakan untuk perkebunan sawit,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa satu hektare perkebunan sawit hanya dapat menghasilkan sekitar 100-115 batang. Hampir seluruh wilayah Kalimantan Barat berada di bawah ketinggian 400 mdpl, sehingga sangat cocok untuk jenis kopi Liberica.
Gusti menekankan pentingnya pendekatan yang berkelanjutan dan dukungan dari petani untuk terus mendorong pemerintah. Kopi, menurutnya, lebih ramah lingkungan dibandingkan sawit. Kojal Coffee bahkan membudidayakan kopi Liberica di belakang tanaman mangrove untuk menjaga kualitasnya.
Alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit menjadi kekhawatiran utama. Gusti menjelaskan bahwa permintaan sawit yang tinggi menjadi alasan utama. Mangrove juga berperan penting dalam mencegah abrasi di kawasan pesisir.
“Kami di industri kopi mulai intensif mengangkat kopi pada tahun 2017 karena harus bersaing dengan sawit,” kata Gusti. Ia menambahkan bahwa masyarakat mungkin belum merasakan manfaat dari kopi.
Kopi Liberica membutuhkan mangrove agar tidak terkena air. Kopi Liberica yang diproduksi di Jambi memiliki rasa manis yang cenderung seperti aroma kelapa. “Bahkan antar-desa saja bisa berbeda,” pungkas Gusti.
World of Coffee Jakarta resmi dibuka pada Kamis, 15 Mei 2025. Acara ini menampilkan berbagai infografis mengenai proses pengolahan kopi di Indonesia.
Itulah pembahasan komprehensif tentang liberica kalimantan barat aroma kopi di tengah dominasi sawit dalam food, news, indonesia yang saya sajikan Saya berharap artikel ini menambah wawasan Anda pertahankan motivasi dan pola hidup sehat. Sebarkan kebaikan dengan membagikan kepada yang membutuhkan. Sampai jumpa lagi
✦ Tanya AI