Tarif AS Mengancam, Ekonomi Indonesia Masihkah Perkasa?
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5308925/original/013429000_1754561173-2.jpg)
Beritajitu.net Bismillahirrahmanirrahim salam sejahtera untuk kalian semua. Sekarang aku ingin berbagi informasi menarik mengenai Business, News, Indonesia, Dunia. Artikel Terkait Business, News, Indonesia, Dunia Tarif AS Mengancam Ekonomi Indonesia Masihkah Perkasa Baca tuntas untuk mendapatkan gambaran sepenuhnya.
Table of Contents
Pada tanggal 10 Agustus 2025, ekonom Achmad Nur Hidayat menyoroti dampak kebijakan tarif impor resiprokal Amerika Serikat yang akan berlaku mulai 7 Agustus 2025. Kebijakan ini muncul di tengah ketidakpastian ekonomi global yang dipengaruhi oleh tekanan geopolitik dan perlambatan pertumbuhan.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menetapkan tarif impor sebesar 32% sejak 2 April 2025, namun pelaksanaannya ditunda hingga 9 Juli. Setelah negosiasi, tarif ekspor ke AS ditetapkan sebesar 19%, lebih rendah dari ancaman awal, namun tetap membawa konsekuensi signifikan.
IMF dalam World Economic Outlook Update Juli 2025 memproyeksikan pertumbuhan riil Indonesia sebesar 4,8% tahun ini. Bank Dunia menilai ekonomi Indonesia cukup resilien dengan potensi pertumbuhan rata-rata 4,8% selama 2025-2027, bahkan bisa mencapai 5,5% pada 2027 jika reformasi struktural berjalan lancar.
Achmad mempertanyakan apakah tarif ekspor yang lebih tinggi akan menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia atau justru mendorongnya melalui kepastian akses pasar dan investasi baru. Pada kuartal II 2025, PDB Indonesia tumbuh 5,12% secara tahunan, meningkat dari 4,87% pada kuartal sebelumnya. Sumber pertumbuhan utama berasal dari konsumsi swasta, investasi, serta pemulihan ekspor dan impor.
Meskipun ekspor hanya menyumbang sekitar 18,8% dari PDB Indonesia, AS merupakan pasar penting dengan kontribusi 9,9% dari total ekspor Indonesia pada tahun 2024 (sekitar US$26 miliar dari total US$264 miliar). Surplus perdagangan dengan AS kurang dari 2% PDB nasional.
Sebagai bagian dari kesepakatan, Indonesia diharapkan menurunkan tarif untuk produk AS dan melakukan pembelian besar-besaran dari sektor energi, pertanian, dan pesawat terbang Amerika.
Negara pesaing seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand menghadapi tarif serupa, sementara Laos dan Myanmar menghadapi tarif yang lebih tinggi, mencapai 40%. Achmad menekankan bahwa Indonesia tetap relatif kompetitif di mata AS, namun tarif 19% tetap menjadi tantangan bagi eksportir, terutama di sektor padat karya seperti udang, alas kaki, tekstil, dan elektronik.
Sekian penjelasan tentang tarif as mengancam ekonomi indonesia masihkah perkasa yang saya sampaikan melalui business, news, indonesia, dunia Saya berharap tulisan ini membuka wawasan baru cari peluang baru dan jaga stamina tubuh. Jika kamu peduli Terima kasih telah meluangkan waktu
✦ Tanya AI