Berikut beberapa opsi judul yang lebih unik dan menarik: Tarif AS Naik, Tekstil RI Terancam Efek Berantai? Impor AS Mahal, Industri Tekstil RI Ketar-Ketir! Tarif Impor AS Tinggi, Tekstil RI Panik? Industri Tekstil RI: Tarif AS Bikin Pusing Kepala! Tarif Impor AS Menggila, Tekstil RI Merana?

Beritajitu.net Semoga keberkahan menyertai setiap langkahmu. Di Momen Ini aku ingin berbagi informasi menarik mengenai Economy, News, Indonesia, Dunia. Artikel Terkait Economy, News, Indonesia, Dunia Berikut beberapa opsi judul yang lebih unik dan menarik Tarif AS Naik Tekstil RI Terancam Efek Berantai Impor AS Mahal Industri Tekstil RI KetarKetir Tarif Impor AS Tinggi Tekstil RI Panik Industri Tekstil RI Tarif AS Bikin Pusing Kepala Tarif Impor AS Menggila Tekstil RI Merana Simak penjelasan detailnya hingga selesai.

Jakarta, 10 Juli 2025 - Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) menyampaikan kekhawatiran mendalam terkait dampak tarif impor 32% yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) terhadap produk tekstil Indonesia. Kebijakan ini diperkirakan akan memberikan pukulan telak bagi kinerja ekspor tekstil nasional.

Sekretaris Jenderal APSyFI, Farhan Aqil Syauqi, menjelaskan bahwa tarif tersebut akan secara langsung mempengaruhi ekspor produk jadi Indonesia ke AS. Dampak langsung terhadap tarif 32% dari AS ini akan mempengaruhi ekspor produk jadi kita, ujarnya kepada Liputan6.com.

Lebih lanjut, Farhan menekankan bahwa industri tekstil Indonesia memiliki rantai pasok yang terintegrasi. Industri tekstil kita sudah terintegrasi sehingga jika ada rantai pasok yang terhambat, pasti akan berpengaruh terhadap kinerja industri hulu juga, jelasnya.

Penurunan permintaan dari AS akan berdampak signifikan pada industri benang nasional. APSyFI mengkhawatirkan bahwa tanpa intervensi serius dari pemerintah, industri benang dalam negeri akan semakin terpuruk. Penurunan permintaan dari AS akan menggerus volume produksi industri hilir, yang pada gilirannya akan mengurangi permintaan bahan baku tekstil dari industri hulu seperti benang dan kain.

APSyFI mendesak pemerintah untuk tidak hanya fokus pada negosiasi dagang dengan AS, tetapi juga memastikan keberlanjutan industri tekstil di dalam negeri. Perlindungan terhadap produsen bahan baku dinilai krusial untuk menjaga kelangsungan rantai industri.

Selain itu, pemerintah diminta untuk lebih selektif dalam menyikapi masuknya produk impor murah yang menekan harga produk lokal. Ketidakseimbangan ini membuat produsen dalam negeri kesulitan untuk bersaing dan bahkan terancam gulung tikar.

APSyFI juga mengingatkan pemerintah untuk mewaspadai ancaman transshipment yang dilakukan oleh China. Pemerintah juga harus waspada terhadap ancaman transshipment yang dilakukan oleh China. Kami pernah mengalami di mana industri dalam negeri dituduh melakukan dumping oleh AS pasca diberlakukannya anti dumping benang tekstur untuk China yang dilakukan oleh AS, pungkasnya.

APSyFI menekankan bahwa optimalisasi impor kapas AS harus diimbangi dengan penguatan dan perlindungan industri benang di Indonesia. Pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga keberlangsungan industri tekstil nasional di tengah tantangan global yang semakin kompleks.

Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Bea Cukai menyatakan fasilitas kawasan berikat telah berdampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Namun, APSyFI menilai bahwa diperlukan langkah-langkah lebih konkret untuk melindungi industri tekstil dari dampak negatif tarif impor AS dan persaingan dengan produk impor murah.