• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Everest: Drone Mengudara, Sherpa Terancam Kehilangan Mata Pencaharian?

img

Beritajitu.net Assalamualaikum semoga harimu penuh berkah. Di Situs Ini mari kita telaah Lifestyle, News, Indonesia, Trends yang banyak diperbincangkan. Artikel Mengenai Lifestyle, News, Indonesia, Trends Everest Drone Mengudara Sherpa Terancam Kehilangan Mata Pencaharian Tetap ikuti artikel ini sampai bagian terakhir.

    Table of Contents

Gunung Everest, puncak tertinggi di dunia, kini menjadi saksi bisu inovasi teknologi yang menjanjikan perubahan signifikan dalam dunia pendakian. Penggunaan drone untuk mengangkut perbekalan dan peralatan, sebuah inisiatif yang digagas oleh Airlift Technology, diharapkan dapat meningkatkan keselamatan dan efisiensi bagi para Sherpa dan pendaki.

Menurut laporan CNN pada 21 April 2025, inisiatif ini bukan hanya tentang efisiensi, tetapi juga tentang peningkatan keselamatan. Drone digunakan untuk mengirimkan perbekalan di ketinggian ekstrem, mengubah lanskap pendakian selamanya. Dalam musim pendakian Everest 2025, Airlift Technology berencana membantu Sherpa mengangkut peralatan sebelum musim dimulai dan membersihkan sampah setelahnya.

Milan Pandey, seorang pilot drone dari Airlift Technology, menjelaskan bahwa timnya menghadapi tantangan besar terkait kinerja drone di ketinggian dan suhu ekstrem. Namun, setelah sebulan mempelajari medan, mereka berhasil mengangkut sekitar 500 kg sampah dari Camp One ke Base Camp. Dengan bantuan drone, Sherpa dapat mengidentifikasi titik-titik kritis di jalur pendakian dan mengirimkan koordinat kepada Pandey, yang kemudian menerbangkan peralatan yang diperlukan ke lokasi tersebut.

Mingma G Sherpa dari Imagine Nepal, sebuah perusahaan ekspedisi, merasakan perlunya inovasi ini setelah kehilangan tiga teman dan pemandu gunung dalam longsoran salju pada tahun 2023. Kehilangan tersebut mendorongnya untuk mencari solusi yang lebih aman. Pandey menambahkan, Kami berharap drone kami benar-benar akan menjadikan ini profesi yang lebih aman dan membawa lebih banyak orang kembali ke tradisi pendakian ini.

Para Sherpa, yang telah menjadi tulang punggung pendakian Everest selama tujuh dekade, sering kali menghadapi risiko besar. Dengan memanfaatkan drone, risiko ini dapat diminimalisir. Kecepatan dan efisiensi ini dapat mengurangi beban fisik dan risiko bagi para pendaki dan Sherpa. Raj Bikram, CEO Airlift Nepal, bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk memetakan Gunung Everest secara 3D menggunakan drone.

Pada April 2024, dengan bantuan dua drone yang disumbangkan oleh DJI Tiongkok, eksperimen dimulai. Sebagian dari komunitas Sherpa telah meninggalkan pekerjaan berbahaya ini demi mencari penghidupan yang lebih baik di luar negeri. Pandey dan timnya percaya bahwa kombinasi keahlian teknis mereka dengan pengetahuan mendalam para Sherpa tentang pendakian dapat membuat Everest menjadi tempat yang lebih aman.

Tantangan utama yang dihadapi adalah biaya operasional yang tinggi, dengan harga setiap drone mencapai 70.000 USD atau setara Rp1,1 miliar. Dengan adanya teknologi drone, diharapkan profesi ini menjadi lebih aman dan menarik lebih banyak orang untuk kembali ke tradisi pendakian yang telah lama menjadi kebanggaan Nepal.

Janzu Sherpa, seorang Sherpa yang menjadi tulang punggung keluarga, menambahkan bahwa pekerjaan ini penuh petualangan dan berisiko tinggi. Drone telah mengurangi waktu dan tingkat risiko hingga setengahnya. Pekerjaan kami terbatas waktu. Jika kami tidak segera memperbaiki jalur pendakian, ekspedisi mendatang akan melambat, katanya.

Berikut adalah perbandingan waktu tempuh antara Sherpa dan drone:

MetodeWaktu Tempuh
Sherpa6-7 jam
Drone6-7 menit

Dengan cuaca buruk yang terjadi tahun ini, perbaikan jalur pendakian tidak akan tepat waktu tanpa bantuan drone. Inovasi ini diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi dunia pendakian Gunung Everest.

Begitulah ringkasan menyeluruh tentang everest drone mengudara sherpa terancam kehilangan mata pencaharian dalam lifestyle, news, indonesia, trends yang saya berikan Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca tetap bersemangat dan perhatikan kesehatanmu. Ajak teman-temanmu untuk membaca postingan ini. jangan lewatkan artikel lain di bawah ini.

© Copyright 2024 - Berita Jitu Update Berita Terbaru dan Terkini
Added Successfully

Type above and press Enter to search.