• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Kakao Merana: Petani Enggan Bertanam, Apa Penyebabnya?

img

Beritajitu.net Bismillah semoga hari ini membawa berkah untuk kita semua. Di Momen Ini saya ingin membedah Economy, News, Indonesia, Dunia yang banyak dicari publik. Informasi Terkait Economy, News, Indonesia, Dunia Kakao Merana Petani Enggan Bertanam Apa Penyebabnya Mari kita bahas tuntas artikel ini hingga bagian penutup.

Pada tanggal 26 Oktober 2023, seorang ahli pertanian bernama Panggah menekankan perlunya dukungan pemerintah terhadap petani kakao di Indonesia. Menurutnya, petani seringkali menghadapi keterbatasan sumber daya dan kapasitas dalam melakukan fermentasi biji kakao, padahal proses ini penting untuk meningkatkan kualitas produk.

Panggah juga menyoroti pentingnya sinergi antara sektor perkebunan dan industri. Ia berpendapat bahwa hilirisasi kakao tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab petani, melainkan membutuhkan kolaborasi yang erat dengan industri pengolahan. Tanpa sinergi yang baik, upaya hilirisasi akan terhambat.

Produktivitas kakao di Indonesia saat ini masih tergolong rendah, yaitu sekitar 800 kg/hektare, jauh di bawah potensi maksimal 2 ton/hektare. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat petani untuk melakukan fermentasi biji kakao karena keterbatasan sumber daya dan kapasitas.

Desa Nglanggeran, misalnya, memiliki potensi besar di sektor perkebunan kakao dan durian. Namun, petani membutuhkan teknologi pengolahan yang memadai untuk meningkatkan nilai tambah produk turunan cokelat yang sangat beragam.

Kurangnya daya tarik budidaya kakao bagi generasi muda juga menjadi perhatian. Petani muda merasa tidak mendapatkan nilai tambah yang memadai dari budidaya kakao. Selain itu, masalah standar fermentasi kakao juga perlu diatasi.

Selisih harga antara kakao fermentasi dan non-fermentasi yang hanya sekitar Rp2000/kg dianggap tidak cukup menarik, padahal standar internasional mengharuskan kakao fermentasi. Panggah menegaskan bahwa masalah kakao di Indonesia sudah sangat jelas dan yang dibutuhkan adalah tindakan konkret untuk mencapai target maksimal.

Hilirisasi kakao berada dalam rezim industri, sehingga sinergi antara perkebunan dan industri sangat penting. Panggah menekankan bahwa hal ini seharusnya tidak perlu menjadi wacana berulang, melainkan harus segera dikerjakan.

Intinya, Panggah menyerukan tindakan nyata dari pemerintah dan sektor industri untuk mendukung petani kakao, meningkatkan produktivitas, dan mendorong hilirisasi. Kolaborasi yang kuat antara semua pihak terkait adalah kunci untuk mencapai potensi maksimal kakao Indonesia.

Sekian pembahasan mendalam mengenai kakao merana petani enggan bertanam apa penyebabnya yang saya sajikan melalui economy, news, indonesia, dunia Saya berharap artikel ini menambah wawasan Anda selalu berpikir ke depan dan jaga kesehatan finansial. Mari bagikan kebaikan ini kepada orang lain. semoga Anda menikmati artikel lainnya di bawah ini.

© Copyright 2024 - Berita Jitu Update Berita Terbaru dan Terkini
Added Successfully

Type above and press Enter to search.