Monse: Kisah Busana Antariksa Katy Perry & Lauren Sanchez.

Beritajitu.net Selamat beraktivitas dan semoga sukses selalu. Dalam Waktu Ini saya akan mengulas berbagai hal menarik tentang Lifestyle, News, Indonesia, Trends. Ringkasan Informasi Seputar Lifestyle, News, Indonesia, Trends Monse Kisah Busana Antariksa Katy Perry Lauren Sanchez Tetap ikuti artikel ini sampai bagian terakhir.

Pada tanggal 14 April 2025, dunia menyaksikan momen bersejarah: penerbangan luar angkasa dengan kru seluruhnya perempuan pertama sejak tahun 1963. Misi 11 menit ini, yang dioperasikan oleh Blue Origin, perusahaan antariksa milik Jeff Bezos, membawa Katy Perry dan lima perempuan lainnya ke tepi luar angkasa.

Penerbangan suborbital ini, meskipun singkat, memiliki makna yang mendalam. Katy Perry, yang dikenal sebagai penyanyi dan penulis lagu, menyatakan bahwa ia melakukan perjalanan ini untuk menginspirasi generasi mendatang, terutama perempuan muda, untuk mengejar impian mereka di bidang sains dan teknologi.

Yang membuat misi ini semakin unik adalah seragam antariksa yang dirancang oleh rumah mode Monse. Desainer Fernando Garcia dan Laura Kim berkolaborasi dengan Lauren Sanchez untuk menciptakan pakaian yang tidak hanya fungsional tetapi juga modis. Baju antariksa tersebut terbuat dari neoprene elastis tahan api, dengan desain ramping dan feminin yang disesuaikan agar pas untuk wanita.

Menurut Sanchez, pakaian ini elegan, sederhana, nyaman, dan pas. Ia menambahkan bahwa rancangan ini bukan hanya soal gaya, tapi juga cara baru menyuarakan ekspresi diri dalam sains dan teknologi.

Kapsul yang membawa Perry dan kru akan melayang dalam gravitasi nol selama empat menit, memberikan pemandangan menakjubkan dari kelengkungan Bumi sebelum kembali ke Bumi. Persiapan Perry untuk penerbangan ini meliputi membaca astrofisika, mendengarkan Cosmos milik Carl Sagan, dan merangkul apa yang dia sebut 'feminine divine' miliknya.

Meskipun misi ini mendapat pujian dari banyak pihak, beberapa kritikus, termasuk aktris Olivia Munn dan rapper Azealia Banks, mempertanyakan biaya dan publisitas yang terkait dengan perjalanan tersebut. Mereka berpendapat bahwa sumber daya tersebut dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang lebih mendesak, seperti sampah di Indonesia.

Terlepas dari kritik tersebut, Perry dan kru lainnya percaya bahwa misi ini memiliki implikasi historis yang signifikan. Ini bukan hanya tentang perjalanan ke luar angkasa, tetapi juga tentang pemberdayaan perempuan dan menginspirasi generasi mendatang untuk mengejar impian mereka di bidang sains, teknologi, seni, dan bidang lainnya.

Blue Origin telah menerbangkan 30 misi wisata sejak 2021, tetapi ini akan menjadi kru perempuan seluruhnya pertama mereka—dan hanya yang kedua dalam sejarah, setelah penerbangan solo kosmonot Rusia Valentina Tereshkova pada 1963.