Rupiah Tertahan: Dolar AS Berkuasa, Nilai Tukar Terkunci.

Beritajitu.net Bismillah semoga semua urusan lancar. Sekarang mari kita bahas Economy, News, Indonesia, Dunia yang lagi ramai dibicarakan. Diskusi Seputar Economy, News, Indonesia, Dunia Rupiah Tertahan Dolar AS Berkuasa Nilai Tukar Terkunci Ikuti terus ulasannya hingga paragraf terakhir.

Pada tanggal 25 Juni, mantan Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan tercapainya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China. Namun, pada 1 Juli 2025, Trump menyatakan tidak akan memperpanjang penundaan tarif dagang resiprokal yang akan berakhir pada 9 Juli.

Selain itu, Trump mengisyaratkan bahwa kesepakatan perdagangan dengan India juga akan segera terwujud. Pernyataan ini memberikan harapan baru bagi stabilitas ekonomi global.

Pada pembukaan perdagangan hari Rabu, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan tipis sebesar 21 poin atau 0,13 persen, menjadi Rp16.221 per dolar AS, dibandingkan dengan posisi sebelumnya di Rp16.200 per dolar AS.

Menurut Lukman Leong, analis dari Doo Financial Futures, investor cenderung bersikap wait and see menjelang berakhirnya penundaan tarif resiprokal yang diterapkan oleh Trump. Ketidakpastian ini memengaruhi sentimen pasar.

Trump mengklaim bahwa kebijakan tarif telah menghasilkan pendapatan sekitar USD 129 miliar bagi Amerika Serikat, dan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah. Kebijakan ini menjadi salah satu andalan pemerintahannya dalam meningkatkan pendapatan negara.

Pada tanggal 2 April, Trump menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukan tarif pada produk-produk impor dari berbagai negara. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk melindungi industri dalam negeri dan mengurangi defisit perdagangan.

Senat AS telah meloloskan RUU pemotongan pajak yang diajukan oleh Trump, menandai langkah penting menuju pengesahan aturan tersebut sebelum reses pada tanggal 4 Juli. RUU ini dikenal dengan judul One Big Beautiful Bill Act dan disetujui dengan skor 51-49.

Penangguhan tarif selama 90 hari untuk sebagian besar negara akan berakhir pada 8 Juli, sementara penangguhan tarif untuk China akan berakhir pada 12 Agustus. Hal ini menciptakan dinamika tersendiri dalam hubungan perdagangan internasional.

Lukman Leong menambahkan bahwa indeks dolar AS terus mengalami penurunan akibat kekhawatiran terhadap RUU Pajak Trump dan ketidakpastian terkait tarif. Faktor-faktor ini memengaruhi pergerakan mata uang global.

Pada tanggal 9 April, Trump menyatakan bahwa tarif ekspor dari lebih dari 75 negara yang tidak melakukan aksi balasan akan dikurangi menjadi 10 persen selama 90 hari. Kebijakan ini bertujuan untuk mendorong perdagangan yang lebih adil dan seimbang.

RUU pemotongan pajak yang diajukan oleh Trump mencakup perpanjangan pemotongan pajak tahun 2017, pemotongan pajak lainnya, serta peningkatan pengeluaran militer dan keamanan perbatasan. Namun, RUU ini juga mengusulkan pemotongan besar-besaran pada program-program sosial seperti Medicaid dan kupon makanan.

Setelah lolos di Senat, RUU tersebut akan kembali ke DPR AS untuk pemungutan suara terakhir sebelum diajukan ke Gedung Putih untuk disahkan menjadi undang-undang. Proses ini akan menjadi sorotan utama dalam beberapa hari mendatang.